Indonesia kini punya juara dunia catur. Bukan Utut Adianto, Susanto Megaranto atau Irene Kharisma Sukandar, melainkan Samantha Edithso, anak Bandung!
Setelah menunggu sekian lama, dan seiring memudarnya kejayaan Utut Adianto dan penggantinya Susanto Megaranto serta Irene Kharisma Sukandar yang tak terlalu berprestasi mendunia, Indonesia kini memiliki 'Jara Dunia' baru. Dia adalah Samantha Edithso yang baru berusia 10 tahun, anak ajaib dari Bandung.
Samantha baru saja meraih gelar bergengsi juara dunia “FIDE World Championship 2018 U-10” yang berlangsung di Minks, Belarusia, yang pada babak terakhir mengandaskan perlawanan sengit dengan Yana Zhapova.
Kejuaraan berjuluk FIDE World Rapid Cadet Championship 2018 itu berlangsung 9 babak Sistem Swiss. Hebatnya, Samantha tidak pernah terkalahkan sepanjang 2 hari pertandingan tersebut. Samantha hanya berbagi setengah angka alias remis saat melawan Afruza Khamdamova pada babak ketiga.
Afruza anak Uzbekistan berwajah polos berusia 10 tahun ini bergelar WCM dan merupakan juara FIDE World School Chess Championship 2017. Mainnya brutal. Kalau bukan Samantha lawannya di babak ketiga FIDE World Cadet Championship 2018 tadi mungkin sudah tewas. Samantha mujur lolos dari sergapannya dan berbagi angka setengah
Di 8 babak lainnya, Samantha melumat lawan - lawannya tanpa ampun sehingga nilai akhir yang diperolehnya 8,5 dari 9 babak. Samantha memetik poin pertamanya di Minsk, babak yang menjadi kunci kemenangan beruntun kemudian sampai ia meraih angka 8,5 dari 9 babak yang dimainkannya.
Kunci kemenangan pertama Samantha
Seru dan menegangkan partai pertama Samantha melawan pecatur Rusia, Varvara Filippova. Di babak pembukaan lawan Samantha terlihat sedikit lebih unggul. Namun memasuki babak pertengahan Samantha tidak lagi memberi napas Filippova. Unggul dua bidak sudah cukup membuat lawannya itu menyerah.
Samantha memetik poin pertamanya di Minsk, babak yang menjadi kunci kemenangan beruntun kemudian sampai ia meraih angka 8,5 dari 9 babak yang dimainkannya.
Samantha melewati babak pertama dan kedua dengan mudah dan hanya tersendat di partai ketiga itu di mana ia harus bermain remis. Memasuki babak kelima, Samantha harus lebih memeras otak. Babak ini menjadi salah satu partai paling mendebarkan dari Samantha selain partai babak ketiga. Apalagi penyuka catur menontonnya dengan ditemani Stockfish, mesin analisa catur.
Bayangkan saja meski lawannya, Nomina Darmaeva, pegang Hitam tetapi pembukaan pecatur putri Rusia ini sangat bagus sekali, membuat Samantha harus kehilangan satu bidaknya pada langkah ke-18. Hal yang membuat partai kelima ini menegangkan adalah penilaian Stockfish yang terus menerus menyebutkan Hitam jauh lebih baik. Bahkan berkali-kali mengatakan Hitam menang.
Namun permainan babak akhir Samantha memang luar biasa. Masih berumur 10 tahun lagi. Anak gadis lagi. Dari Indonesia lagi. Lawan Samantha di babak keenam adalah Marchenko Lelyzaveta dari Ukraina. Seperti saat menghadapi Nomina Darmaeva di babak kelima pecatur cilik asal Bandung ini juga kalah satu bidak pada langkah ke-28.
Kemenangan Ini bukan satu-satunya prestasi yang pernah diukir Samantha Edithso. Putri dari Edithso ini juga pernah meraih medali emas catur kilat dalam Kejuaraan Catur Antar Pelajar Asia ke-13 di kota Panjin, Provinsi Liaoning, Tiongkok, pada Agustus 2017.
Di kejuaraan ini, ia menaklukkan saingan beratnya pecatur kuat berusia 16 tahun asal Filipina, WFM Doroy Allaney Jia. Tidak hanya itu, bocah yang akrab disapa Tata itu juga meraih gelar Woman FIDE Master (WFM) dari catur klasik.
Samantha Edithso mengumpulkan delapan poin dari sembilan babak dan tidak pernah kalah. Luar biasa!
Samatha Edithso telah membuktikan bahwa umur hanya sebuah angka. Meski masih berusia belia, bocah perempuan berusia 10 tahun ini berani bermain di atas kelompok umurnya.
Mental bertanding Samatha sudah terbentuk sejak masih duduk di kelas satu sekolah dasar. "Waktu kelas satu, saya sengaja ikut ekstra kurikuler catur. Saya terus bermain dan akhirnya meraih kemenangan. Saya senang sekali," ucap bocah Bandung ini.
Bahkan ketika bertanding, ia sangat serius papan catuh dan bahkan tidak pernah tersenyum. "Untuk apa?" jawabnya singkat ketika ditanya mengapa tak pernah tersenyum saat bertanding.
Sang ayah, Edithso, mengatakan putrinya berbeda dengan pecatur lainnya. Jika pecatur lain senang makan buah lawan kalau ada yang gratis, Samatha tidak demikian. "Ia tak suka makan bidak atau perwila lawan, sekalipun itu terlihat gratis," ucapnya.
"Dia lebih suka menyerang. Bila menyerang lebih memungkinkan menang, Samanta pasti memilih menyerang dibanding makan buah lawan."
Usai menjuarai FIDE Wordl Championship 2018 U-10, Samantha kini mengejar impiannya. "Saya ingin menjadi Grandmaster termuda di dunia," ucapnya mantab.
Semoga apa yang dicita-citakan oleh Samantha untuk menjadi Grandmaster termuda dunia bisa tercapai, dan apa yang di dapatkan oleh Samantha ini bisa memotivasi generasi muda lainnya untuk mengukir prestasi di kancah dunia.
Setelah menunggu sekian lama, dan seiring memudarnya kejayaan Utut Adianto dan penggantinya Susanto Megaranto serta Irene Kharisma Sukandar yang tak terlalu berprestasi mendunia, Indonesia kini memiliki 'Jara Dunia' baru. Dia adalah Samantha Edithso yang baru berusia 10 tahun, anak ajaib dari Bandung.
Samantha baru saja meraih gelar bergengsi juara dunia “FIDE World Championship 2018 U-10” yang berlangsung di Minks, Belarusia, yang pada babak terakhir mengandaskan perlawanan sengit dengan Yana Zhapova.
Kejuaraan berjuluk FIDE World Rapid Cadet Championship 2018 itu berlangsung 9 babak Sistem Swiss. Hebatnya, Samantha tidak pernah terkalahkan sepanjang 2 hari pertandingan tersebut. Samantha hanya berbagi setengah angka alias remis saat melawan Afruza Khamdamova pada babak ketiga.
Afruza anak Uzbekistan berwajah polos berusia 10 tahun ini bergelar WCM dan merupakan juara FIDE World School Chess Championship 2017. Mainnya brutal. Kalau bukan Samantha lawannya di babak ketiga FIDE World Cadet Championship 2018 tadi mungkin sudah tewas. Samantha mujur lolos dari sergapannya dan berbagi angka setengah
Di 8 babak lainnya, Samantha melumat lawan - lawannya tanpa ampun sehingga nilai akhir yang diperolehnya 8,5 dari 9 babak. Samantha memetik poin pertamanya di Minsk, babak yang menjadi kunci kemenangan beruntun kemudian sampai ia meraih angka 8,5 dari 9 babak yang dimainkannya.
Kunci kemenangan pertama Samantha
Seru dan menegangkan partai pertama Samantha melawan pecatur Rusia, Varvara Filippova. Di babak pembukaan lawan Samantha terlihat sedikit lebih unggul. Namun memasuki babak pertengahan Samantha tidak lagi memberi napas Filippova. Unggul dua bidak sudah cukup membuat lawannya itu menyerah.
Samantha memetik poin pertamanya di Minsk, babak yang menjadi kunci kemenangan beruntun kemudian sampai ia meraih angka 8,5 dari 9 babak yang dimainkannya.
Samantha melewati babak pertama dan kedua dengan mudah dan hanya tersendat di partai ketiga itu di mana ia harus bermain remis. Memasuki babak kelima, Samantha harus lebih memeras otak. Babak ini menjadi salah satu partai paling mendebarkan dari Samantha selain partai babak ketiga. Apalagi penyuka catur menontonnya dengan ditemani Stockfish, mesin analisa catur.
Bayangkan saja meski lawannya, Nomina Darmaeva, pegang Hitam tetapi pembukaan pecatur putri Rusia ini sangat bagus sekali, membuat Samantha harus kehilangan satu bidaknya pada langkah ke-18. Hal yang membuat partai kelima ini menegangkan adalah penilaian Stockfish yang terus menerus menyebutkan Hitam jauh lebih baik. Bahkan berkali-kali mengatakan Hitam menang.
Namun permainan babak akhir Samantha memang luar biasa. Masih berumur 10 tahun lagi. Anak gadis lagi. Dari Indonesia lagi. Lawan Samantha di babak keenam adalah Marchenko Lelyzaveta dari Ukraina. Seperti saat menghadapi Nomina Darmaeva di babak kelima pecatur cilik asal Bandung ini juga kalah satu bidak pada langkah ke-28.
Kemenangan Ini bukan satu-satunya prestasi yang pernah diukir Samantha Edithso. Putri dari Edithso ini juga pernah meraih medali emas catur kilat dalam Kejuaraan Catur Antar Pelajar Asia ke-13 di kota Panjin, Provinsi Liaoning, Tiongkok, pada Agustus 2017.
Di kejuaraan ini, ia menaklukkan saingan beratnya pecatur kuat berusia 16 tahun asal Filipina, WFM Doroy Allaney Jia. Tidak hanya itu, bocah yang akrab disapa Tata itu juga meraih gelar Woman FIDE Master (WFM) dari catur klasik.
Samantha Edithso mengumpulkan delapan poin dari sembilan babak dan tidak pernah kalah. Luar biasa!
Samatha Edithso telah membuktikan bahwa umur hanya sebuah angka. Meski masih berusia belia, bocah perempuan berusia 10 tahun ini berani bermain di atas kelompok umurnya.
Mental bertanding Samatha sudah terbentuk sejak masih duduk di kelas satu sekolah dasar. "Waktu kelas satu, saya sengaja ikut ekstra kurikuler catur. Saya terus bermain dan akhirnya meraih kemenangan. Saya senang sekali," ucap bocah Bandung ini.
Bahkan ketika bertanding, ia sangat serius papan catuh dan bahkan tidak pernah tersenyum. "Untuk apa?" jawabnya singkat ketika ditanya mengapa tak pernah tersenyum saat bertanding.
Sang ayah, Edithso, mengatakan putrinya berbeda dengan pecatur lainnya. Jika pecatur lain senang makan buah lawan kalau ada yang gratis, Samatha tidak demikian. "Ia tak suka makan bidak atau perwila lawan, sekalipun itu terlihat gratis," ucapnya.
"Dia lebih suka menyerang. Bila menyerang lebih memungkinkan menang, Samanta pasti memilih menyerang dibanding makan buah lawan."
Usai menjuarai FIDE Wordl Championship 2018 U-10, Samantha kini mengejar impiannya. "Saya ingin menjadi Grandmaster termuda di dunia," ucapnya mantab.
Semoga apa yang dicita-citakan oleh Samantha untuk menjadi Grandmaster termuda dunia bisa tercapai, dan apa yang di dapatkan oleh Samantha ini bisa memotivasi generasi muda lainnya untuk mengukir prestasi di kancah dunia.
Comments
Post a Comment